Sejarah
PT. KAI Commuter Line (KRL)
Sistem perkeretaapian pada tahun 1925 menjadi cikal
bakal perkembangan KRL hingga saat ini. Sejak tahun 1925, elektrifikasi jalur
kereta api mulai dibangun di Jabodetabek. Kereta api dengan lokomotif listrik
pertama buatan Belanda mulai beroperasi di Jakarta pada 1925 sampai 1976.
Lokomotif listrik ini bernama Electrische Staats Spoorwegen (ESS) atau
Lokomotif Djokotop. Kereta tersebut juga dikenal dengan nama Lokomotif
Bonbon. Dan pada 1976 kereta lokomotif listrik digantikan KRL dari Jepang
Pada 23 Maret 2009 pembenahan layanan KRL Jabodetabek
diawali dengan pembelian 8 unit kereta AC pertama seri 8500 yang kemudian
dibentuk menjadi satu rangkaian KRL. Saat itu, rangkaian KRL pertama ini
dikenal dengan nama Jalita, akronim dari Jalan-jalan Lintas Jakarta.
Pada 19 Mei 2009 PT KAI membentuk anak perusahaan
yang khusus mengoperasikan KRL AC. Anak perusahaan ini diberi nama PT KAI
Commuter Jabodetabek atau KCJ. Tahun 2017, KCJ berganti nama menjadi PT KAI
Commuter Indonesia (PT KCI).
Pada 2 Juli 2011 pola single operation mulai
diterapkan. Pada pola ini, semua KRL AC, termasuk KRL ekspress mulai dilebur
menjadi satu layanan yang diberi nama KRL commuter line. KRL commuter
line wajib berhenti di setiap stasiun. Sebelum pola ini diterapkan,
KRL ekspress hanya berhenti di beberapa stasiun.
Pada 5 Desember 2011 pola operasi loop line mulai
diterapkan. Pada pola ini terdapat penyederhanaan rute KRL dan mulai
diterapkannya sistem transit.
Dengan
diterapkannya pola operasi loop line ini, tidak ada lagi KRL
dari Bogor yang langsung ke Tangerang, ataupun KRL dari Serpong yang langsung
ke Bekasi.
Layanan
(service) yang diberikan KRL Commuter Line
1.
Infrastruktur
a. Stasiun
Pemberhentian
Kondisi
Stasiun pemberhentian untuk saat ini yang ada sudah cukup baik. Tidak seperti
tahun 1976-2013 dimana kondisi peron di sejumlah stasiun yang masih
dipenuhipedagang. Para pedagang bebas berjualan,bahkan menggelar pasar tumpah
di bantaran rel.
b. Parkiran
Dulu tanah milik kereta api di area stasiun banyak
disewakna untuk parkiran liar.Sehingga di area stasiun banyak parkiran liar
dengan kondisi seadanya dan ditambah dangan bangunan stasiun yang juga
disewa-sewakan.Semenjak 2013 semua tanah diarea staiun yang dimiliki oleh PT
KAI dibersihkandari bangunan liar dan sebagian besar dijadikan tempat parkir
khusus pengguna Commuterline (CL). Space kosong pada bangunan di stasiun juga
disewakan kepada pemilik geray makanan/ATM/minimarket.
2.
Tiket Perjalanan
Sebagai tahapan penerapan program e-ticketing, PT Kereta Api Indonesia dan PT KAI Commuter
Jabodetabek mulai 2012 mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB)/Kartu
Langganan Sekolah (KLS) secara bertahap hingga pada 1 Juli 2013 ditetapkan menjadi Commuter Electronic
Ticketing (Commet).
Kartu
Commet adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan
KA Commuter Line sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk
kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk
melakukan tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu single-trip ke
dalam gerbang keluar atau cukup tap-out bagi pengguna kartu
prabayar di gerbang keluar.
Bersamaan dengan pemberlakuan Commet, sistem tarif
progresif diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang
dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. Awalnya berlaku tarif
normal, namun karena adanya subsidi dana public service obligations (PSO) Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif berlaku tarif
subsidi.
Mulai 1 April 2015, tarif progresif akan mengalami
perubahan. Sistem tarif progresif baru akan menghitung tarif berdasarkan jarak.
Selain itu, ketentuan uang jaminan untuk THB dan minimal saldo untuk tiket
multitrip dan kartu bank berubah.
a. Tiket
harian berjaminan (THB)
Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan
banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada tanggal 11 Agustus 2013 KCJ menerapkan sistem ticketing pengganti
sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan. Penghitungan tarif
sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip, namun penumpang diharuskan
untuk membayar uang jaminan untuk THB. Uang jaminan dapat diambil kembali di
stasiun hingga jangka waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB
baru dengan membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya.
b. Kartu
Multi Trip (KMT)
Selain tiket harian berjaminan, penumpang dapat menggunakan
Kartu Multi Trip (KMT). Kartu Multi Trip adalah kartu prabayar isi ulang yang
dapat digunakan penumpang sebagai tiket KRL dengan ketentuan saldo minimum.
Kartu tersebut hanya bisa digunakan untuk naik KRL saja dan dapat di isi ulang
di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek.
c. Kartu
Prabayar (Kartu Bank)
Sejak 8 Desember 2013, kartu Flazz BCA sudah dapat
digunakan di Commuter Line, dan sejak tanggal 16 Juni 2014, kartu Mandiri
E-Money, Brizzi, BRI, dan BNI TapCash juga sudah dapat digunakan di Commuter
Line. Cara penggunaan kartu tersebut sama halnya dengan cara penggunaan Kartu
Multi Trip, akan tetapi keempat kartu tersebut tidak dapat dibeli dan diisi
ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek, melainkan di merchant-merchant terkait,
seperti Indomaret, 7-Eleven, dan seluruh halte bus Transjakarta (tunai).
Pengisian dapat dilakukan secara tunai maupun dengan kartu ATM bank terkait.
Beberapa stasiun KRL juga telah melayani pengisian ulang keempat kartu
tersebut, seperti Sudirman dan Juanda, tetapi tidak bisa secara tunai dan harus
menggunakan kartu ATM bank terkait (kartu debit maupun kredit). Keempat kartu
tersebut juga dapat digunakan sebagai tiket Transjakarta.
d. Denda
(suplisi) dan free out
Pengguna dapat dikenakan denda (suplisi) jika
melakukan perjalanan tanpa tiket (anak berumur 3 tahun ke atas/tinggi badan
90 cm wajib memiliki tiket), menggunakan tiket harian berjaminan yang
telah kedaluwarsa atau tiket multitrip yang saldonya kurang dari tarif
tertinggi. Pengguna THB yang tidak melakukan tapping in/tapping
out dengan benar atau tarif dalam tiketnya kurang (turun di stasiun
yang lebih jauh), THB akan diambil dan tidak mendapatkan pengembalian uang
jaminan. Sedangkan untuk pengguna multitrip yang tidak melakukan tapping
in/tapping out dengan benar, maka pengguna harus menyelesaikan
di loket dengan membayar tarif tertinggi.
Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan
fasilitas free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali tapping
out pada stasiun yang sama dengan stasiun tapping in terhitung
satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket. Untuk pengguna tiket
multritrip terhitung satu jam dari tapping in. Per tanggal 16 Desember
2015 fasilitas free out ditiadakan. Setiap penumpang yang
masuk dan keluar di stasiun yang sama akan dikenankan denda. Untuk pengguna KMT
atau Kartu Prabayar Bank dikenakan pemotongan saldo sesuai tarif terendah.
Untuk pengguna THB, tarif relasi perjalanan di dalam kartu akan hangus,
tetapi refund kartu masih dapat dilakukan.
3. Perjalanan
Pada 25 Juli 2013 layanan
KRL ekonomi di semua relasi dihapuskan sehingga seluruh perjalanan KRL di
wilayah Jabodetabek dilayani oleh KRL commuter line. Seiring
“hilangnya” KRL ekonomi, penumpang pun tak ada lagi yang naik ke atap
kereta. Layanan KRL commuter
line yang semua gerbongnya dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang
empuk serta ada kursi prioritas yang dikhususkan untuk penumpang ibu hamil,
lansia, dan penyandang disabilitas.
Manfaan (benefit) KRL
commuter line
1. Bagi PT KAI Commuter Line
(KRL)
a. Dengan pencapaian
target penumpang maka menambah pemasukan pendapatan negara dikarenakan perusahaan ini adalah perusahaan BUMN,
yang berarti perusahaan ini ikut andil dalam pertumbuhan pendapatan negara.
b. Perluasan
cakupan wilayah.
2. Bagi Masyarakat
a.
Harga yang relatif
murah dengan biaya disesuaikan oleh jarak tempuh.
b. Tidak terkena macet.
c.
Membantu masyarakat menunjang segala aktifitasnya.
d. Memberikan lapangan
pekerjaan karena PT. KAI menambah unit KRL.
Tantangan
(challange) KRL commuter line
1. Bagi PT
KAI Commuter Line (KRL)
a. Ketepatan waktu.
b. Realisasi penumpang.
c. Modernisasi sistem e-ticketing.
d. Ketersediaan armada dengan jumlah penumpang yang sering melonjak di
jam-jam sibuk.
2. Bagi
Masyarakat
a. Lalu Lintas si sekitar stasiun terkadang mengalami
kemacetan parah.
b.Pada jam-jam sibuk, penumpang sering kali harus
berdesak-desakan di dalam gerbong kereta.
Insiden
Kecelakaan KRL commuter line
· 2
November 1993, KRL Ekonomi Rheostatik Stainless bertabrakan dengan KRL Ekonomi
Rheostatik Mild Steel di Ratujaya, Depok. Akibatnya, 17 orang tewas dan 2
kereta dari masing-masing rangkaian hancur dan tidak bisa dipakai lagi.
Sementara sisa 2 kereta lainnya dari masing-masing rangkaian digabung menjadi
satu.
· 4
Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta
Kota) anjlok dan menabrak peron di Stasiun
Cilebut, menyebabkan perjalanan kereta
dari Jakarta hanya sampai Stasiun Bojong Gede.
Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL TM 05-007F dengan
rangkaian yang anjlok adalah gerbong ketiga bernomor rangkaian 05-307.
9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor
perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) menabrak truk tangki Pertamina hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang
terlibat dalam insiden ini adalah KRL TM 7121F.
23 September 2015, pukul 15.25 WIB, terjadi kecelakaan yang melibatkan dua KRL JR 205 SF 10 (rangkaian
205-54F dan 205-123F) di Stasiun
Juanda. Kondisi kedua kabin KRL JR 205
(KuHa 204 / 205) tersebut rusak berat. Kondisi kereta nomor 1-9 pada kedua
rangkaian kereta tersebut juga mengalami kerusakan yang cukup berat, terutama
di bagian persambungannya yang seluruhnya juga mengalami kerusakan berat dan
remuk. Empat puluh dua orang luka-luka akibat kecelakaan tersebut. Kejadian ini
mengakibatkan sang masinis KRL 1156, Gustian, terluka parah dan harus
dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar